Minggu, 31 Juli 2016

Coba Coba

Sekarang usumnya lulusan. Para pembelajar beralih ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, atau ke dunia baru (kerja, nikah atau nganggur). Sesuatu yang sudah seharusnya dan siapapun akan/pernah melaluinya.

Kebetulan banyak teman saya di kampus baru saja selesai kuliah. Mereka pada galau dan mellow, galau gara-gara kuatir ga dapat kerja dan mellow karena ga bisa ketemu teman, udah pada sibuk sendiri. Dari ngobrol dengan mereka, ada hal yang menarik terkait dengan berburu pekerjaan.



Golongan pertama adalah teman-teman yang (seakan) mengenal dirinya secara utuh. "Pak, saya orangnya kinestetik, acak abstrak dan sanguinis populer, kira kira, saya cari kerja dimana ya,Pak?", "Di koran atau internet." saut saya. atau percapakan lain,  "Saya ngerasa kuat di hitung2an, Kerja apa ya, Pak?" "Ngitung rambut saya".

Golongan kedua adalah teman-teman yang minder karena ga kenal dirinya sendiri "Kenapa kamu ga nyari kerja?" tanya saya, "Saya nggak ngerti, Pak. Apa kerjaan yang cocok buat saya." "Sama, saya juga bingung.". Ruwet.

Golongan ketiga adalah teman-teman yang penting kerja (dulu). Ngeri dengan status pengangguran, iri dengan teman yang sudah gajian. Semua lowongan dicoba, setiap job fair didatangi. Agak tutup mata dengan brand, skala perusahaan. yang penting gajinya ga kecil-kecil banget, sikat.

Walhasil, ga ada yang salah dengan semuanya. Ga terlalu penting kerja dimana, asal kita terus realistis, maju, berkembang dan mau belajar.

Tidak ada yang ngerti apa yang akan terjadi esok. Jadi ya, coba saja.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar